Penyelidikan atas serangan Sri Lanka menemukan mantan presiden harus menghadapi dakwaan

Kolombo (AFP) – Mantan presiden Sri Lanka dan kepala intelijennya harus dituntut karena gagal mencegah pemboman bunuh diri dua tahun lalu pada Minggu Paskah yang menewaskan 279 orang, menurut penyelidikan yang dirilis pada Selasa (23 Februari).

Maithripala Sirisena, yang meninggalkan jabatannya tahun lalu, ditemukan telah lalai oleh penyelidikan yang dia lakukan lima bulan setelah serangan militan Islam di tiga hotel dan tiga gereja pada 21 April 2019.

Dengan cepat muncul bahwa intelijen India telah memperingatkan Sri Lanka 17 hari sebelumnya tentang risiko serangan, menyusul petunjuk dari seorang tersangka.

Laporan oleh komisi penyelidikan presiden mengatakan “keseimbangan probabilitas” adalah bahwa Sirisena diberitahu oleh kepala intelijennya tentang peringatan sebelum serangan.

Komisi, yang mendengar dari 440 saksi dan menyerahkan laporannya ke parlemen pada hari Selasa, mengatakan jaksa agung harus “mempertimbangkan untuk melembagakan proses pidana terhadap (mantan) presiden Sirisena di bawah ketentuan yang sesuai dalam KUHP”.

Sirisena, sekarang seorang legislator partai yang berkuasa, sebelumnya membantah mengetahui peringatan itu, dan tidak berkomentar tentang laporan itu.

Penyelidikan juga menemukan kepala intelijen Sirisena Nilantha Jayawardena bertanggung jawab secara pidana karena gagal bertindak atas peringatan dari intelijen India.

Jayawardena telah “mencairkan bobot intelijen” dari India, kata laporan itu.

Ia menambahkan bahwa inspektur jenderal polisi Pujith Jayasundara juga harus dituntut karena kelalaian.

Jayasundara dan pejabat tinggi kementerian pertahanan pada saat itu, Hemasiri Fernando, sudah menghadapi dakwaan atas kegagalan mereka untuk mencegah serangan.

Laporan itu menemukan bahwa pemboman terkoordinasi didanai oleh keluarga seorang pedagang rempah-rempah lokal yang dua putranya termasuk di antara para pembom bunuh diri.

Dua hari setelah serangan itu, kelompok Negara Islam mengaku bertanggung jawab, tetapi para penyelidik mengatakan mereka belum menemukan hubungan langsung antara jihadis lokal dan ISIS.

Serangan itu dipimpin oleh Zahran Hashim, seorang Islamis yang dikenal oleh polisi anti-teror Sri Lanka dan unit intelijen.

Dia telah mengeluarkan seruan di media sosial untuk membunuh non-Muslim dan membujuk enam pemuda untuk mengorbankan diri di negara mayoritas Buddha.

Putra pedagang rempah-rempah, Ilham Ibrahim, meninggal di Hotel Shangri-La sementara saudaranya Inshaf Ibrahim mengebom Cinnamon Grand. Pemimpin kelompok Hashim juga meninggal di Shangri-La.

Dua gereja di Kolombo dan satu lagi di wilayah timur Batticaloa juga terkena bom bunuh diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *